English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Pages

Selasa, 04 Oktober 2011

TAUBAT

Taubat



Oleh Ernawati
Penulis adalah mahasiswa Institut Keislaman Hasyim Asy’ari Jombang

Suasana begitu ramai. Gedung pertemuan itu dipadati banyak tamu. Aku tersenyum bangga. Hari ini aku menang dan setelah ini aku akan berkuasa. Yah, menguasai seluruh wilayah tanah ini karena sekarang aku adalah pemimpin dan penguasa negara ini.

Dan, setelah ini tak akan ada lagi yang berani menghinaku. Apalagi menganiayaku. Setelah ini seluruh pejabat negara ini akan tunduk dan menjilat kakiku.

Para wartawan dan reporter TV dan radio berdesak-desakan mewawancaraiku. Kiriman hadiah membanjir. Mulai dari pejabat negara sampai perusahaan besar yang ada di seluruh negara ini.

Aku tersenyum bangga. Sekarang tak ada lagi yang tak bisa kudapatkan. Aku disanjung dan dihormati serta dipuja karena aku adalah raja mereka. "Assalamualaikum warahmatullah." Suara imam salat membuyarkan semua khayalanku.

"Astaghfirullahaladzim," hatiku berseru lirih. Memohon maaf pada Dzat Yang Maha Pengampun karena sepanjang salat sedetik pun aku tak mengingat-Nya. Tapi justru mengingat kefanaan dunia yang kecil ini.

"Subhanallah." Kulantunkan kalimat wirid bersama dengan tangisan lirih dari bibirku. Ya Allah, Engkau berikan limpahan harta tetapi sekali pun hamba-Mu yang hina ini tak pernah bersyukur apalagi beramal sholeh.

"Alhamdulillah." Kembali kulantunkan rasa terima kasihku pada Dzat Yang Maha Penerima Taubat. Sungguh aku sangat bahagia karena hari ini aku telah kembali dari jalanku yang sesat, yang selama ini kutempuh.

"Allahu Akbar." Ya Allah, Engkau memang Maha Agung. Aku malu. Hari ini aku bersimpuh di depan-Mu karena sungguh aku tak patut menerima ampunan dari-Mu. Dosaku begitu besarnya sampai aku tak kuasa menengadahkan mukaku kepada-Mu.

Ya Allah, Engkau adalah penerima taubat. Sekali pun aku tak pernah berbuat baik atau memikirkan rakyatku. Aku bahkan bersenang-senang di atas penderitaan mereka.

Mereka yang tak bersalah kurampas haknya. Aku tak peduli siang malam mereka banting tulang untuk membayar pajak, menyejahterakan negara ini. Sementara aku berfoya-foya, menghamburkan uang mereka.

Terkutuk! Aku memang terkutuk dan laknat. Aku takut. Takut memikul dosa ini. Ya Allah, bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan perbuatanku di hadapan-Mu? Bagaimana harus kuhadapi Kullukum Ro’in wa Kullukum Mas’ulin an Roi’yatihi?

"Ya Allah, Ya Karim, bagaimana harus kusucikan diri ini dari dosa-dosa? Bagaimana harus kubayar semua kejahatanku? Selama ini, yang kutahu hanyalah duniawi dan aku tak percaya mati. Tapi sungguh, hari ini dadaku bergetar hebat saat maghrib-Mu tiba. Aku merasakan tubuhku tiba-tiba kaku saat lantunan kalimah-Mu terdengar di telingaku," seruku dengan suara gemetar di atas sajadah merah di masjid Istiqlal yang suci ini.

Air mataku tiada henti mengalir, aku bahkan tak menghiraukan orang-orang yang lalu-lalang memperhatikanku. Entah karena kasihan atau benci padaku. Yang jelas, di rumah Allah ini kurasakan kesejukan hati yang amat dalam.

"Ya Allah, Ya Ghoffar, Anta Ghofurur Rochim. Hari ini telah Engkau bukakan pintu hatiku dan telah Engkau isi dengan hidayah dan kasih sayang-Mu. Terima kasih ya Allah!" seruku sambil bersujud dengan cucuran air mata yang tiada kunjung berhenti karena terbayang olehku miliaran rupiah uang negara yang telah kukorupsi.

"Ya Allah, Engkau adalah satu-satunya Dzat Penerima Taubat. Maka hari ini terimalah taubat hamba-Mu yang hina ini. Karena hamba tak kuasa menahan panasnya api neraka," kataku lemah, tak berdaya. Tapi dengan perasaan yang amat takut karena kurasa aku tak pernah merasa ketakutan seperti ketakutanku hari ini.

"Ya Allah, jika Engkau memang menerima taubatku, maka jadikan kematianku adalah kematian yang khusnul khotimah," kataku dengan keteguhan hati. Tiba-tiba kurasa tubuhku begitu ringan dan begitu sejuk saat kulalui kerumunan orang yang mendekati tubuhku sembari berucap, "Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un."

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites